• Mon. Oct 14th, 2024

Metode Sentra

Membangun Karakter dan Budi Pekerti

Bagi para guru yang sudah mengenal dan menerapkan Metode Sentra, kata recalling pasti tidak asing lagi. Saya sendiri belum menemukan satu kosakata Bahasa Indonesia yang sepadan maknanya dalam konteks pembelajaran. Bila dilihat di kamus, ada beberapa frasa yang dinisbatkan sebagai terjemahannya, antara lain “mengingat kembali”, “menarik kembali”, dan “menghidupkan”. Tapi, masing-masing tak cukup mengakomodasi, sehingga kosakata bahasa Inggris itu tetap digunakan.

Recalling adalah kegiatan harian di akhir pembelajaran. Anak-anak dan guru duduk melingkar di karpet, atau duduk di kursi yang ditata sedemikian rupa agar semua bisa saling menatap. Satu per satu, “dimoderatori” guru, anak bergiliran menceritakan pengalamannya selama belajar hari itu. Bukan menghafal materi pelajaran, tapi terbukti bahwa recalling merupakan sentuhan akhir yang efektif menguatkan memori anak. Lebih dari itu, recalling memang tidak untuk kepentingan kognitif semata, karena banyak elemen dasar belajar lain yang dibangun dalam kegiatan itu.

Sikap

Recalling adalah bagian dari rangkaian pembangunan sikap anak.Pada saat satu anak berbicara, yang lain mendengarkan. Demi menjaga ketertiban, biasanya guru memakai aturan “gelas untuk berbicara”: satu gelas digunakan untuk dipegang anak yang sedang berbicara. Bila ada anak yang berbicara sebelum gilirannya, guru cukup mengingatkan, misalnya, “Saat ini Syauqi yang sedang memegang gelas.” Dan, anak pun mudah bersikap tertib kembali.

Sekali waktu pengurutan giliran berbicara dimulai dari sebelah kanan atau kiri guru. Di lain waktu, guru membuat satu quiz, dan anak yang bisa menjawab mendapat giliran pertama. Selanjutnya anak yang mendapat giliran pertama menunjuk temannya untuk mendapat giliran berikutnya, dan seterusnya sampai selesai. Prinsipnya, semua dilakukan berdasarkan kesepakatan yang dibuat bersama.

Dari dua aturan sederhana itu, anak belajar untuk bersikap tertib, belajar menghargai teman, belajar membuat teman nyaman, belajar antre, belajar menerima keadaan menjadi pembicara terakhir dan lain-lain. Pada saat yang sama, dengan mendengarkan teman-temannya berbicara, anak juga menjalani pengayaan rekonstruksi belajar, sehingga apa yang luput dari recalling-nya sendiri, bisa ia dapatkan dari temannya. Sehingga, selain pengayaan sudut pandang, secara tidak sadar anak sedang menguatkan prinsip kolaborasi dalam belajar.

Sikap lain yang tumbuh dalam kegiatan recalling adalah kepercayaan diri (self-confidence). Dengan suasana yang selalu diusahakan untuk membuat nyaman bagi setiap anak, anak memupuk sikap percaya diri dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan. Sekaligus, ini juga menjadi ajang untuk mengasah keterampilan berbicara secara runtut dan sistematis.

Penguatan memori

Ada tiga faktor yang menguatkan memori dalam kegiatan recalling. Pertama, dengan melakukan recalling, materi yang diserap anak selama belajar lebih berpeluang menjadi memori yang permanen karena melibatkan kerja aktif otak dalam kondisi emosi yang antusias. Kedua, seperti disebutkan sebelumnya, keragaman recalling teman-temannya memungkinkan anak mendapatkan sudut pandang dan yang lebih utuh dan lebih kaya.

Ketiga, pertanyaan-pertanyaan guru, penegasan maupun pelurusan menjadi stimulus yang esensial dalam membantu membangun pengetahuan dan konsep anak. Di sinilah pentingnya guru memahami jenis-jenis pertanyaan (faktual, konvergen, divergen, evaluatif) dan kapan saat yang tepat untuk menggunakannya.

Ya, tugas guru bukanlah semata-mata menuangkan pengetahuan, melainkan juga, dan yang lebih penting, menginspirasi anak untuk belajar dan cinta belajar. Recalling menjadi kesempatan istimewa bagi guru untuk memastikan terserapnya materi belajar sesuai dengan rencana pembelajaran (lesson plan), sekaligus meluaskan cakrawala imajinasi dan kreativitas anak.

Jadi, sentuhan akhir guru dalam recalling itu begitu personal, intim dan kontekstual, yang tidak mungkin bisa disediakan oleh lembar kerja siswa (LKS) bikinan pedagang pasar. Entah apa yang dipikirkan para pejabat pendidikan ketika membuat kebijakan intervensi LKS alien di ranah otoritas guru.

[Artikel sebelumnya sudah dimuat di blog pribadi: dengan judul yang sama RECALLING: Sentuhan Akhir Pembelajaran]

(Silakan baca juga artikel Jadikan Recalling Bagian Menyenangkan dalam Belajar)

2 thoughts on “RECALLING: Sentuhan Akhir Pembelajaran”
  1. Waduh menusuk sekali kalimat terakhirnya pak, semoga artikel ini dibaca dan dapat tersampaikan kepada pejabat yang berwenang. Salut pak, seperti butuh kesabaran untuk mereformasi sistem pendidikan khususnya PAUD. Kami sebagai guru semoga mampu membawa misi ini ke tempat kami mengajar, mohon doanya

    1. Terimakasih, ya, Ibu Anik Setiyorini, atas apresiasinya. Insya Allah, sekecil apapun perbaikan yang kita ikhtiarkan akan membawa manfaat. Kita lakukan dari lingkup terkecil dan yang bisa terjangkau oleh kita sebagai guru. Kalau ada perubahan di tingkat pembuat kebijakan, itu namanya bonus. Mari terus saling menguatkan. Terus semangat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *