• Sat. Jul 27th, 2024

Metode Sentra

Membangun Karakter dan Budi Pekerti

Bersantai Menulis Buku

ByYanto Musthofa

Mar 17, 2023

“Teman-teman, hari ini Pak Yanto mengajak kalian bersantai: menulis buku,” kata saya mengawali penjelasan tentang kegiatan di mata pelajaran Bahasa Indonesia tadi pagi.
Kalimat itu langsung disahut Vara dengan pernyataan retoris. “Ah, Bapak. Menulis buku masa dibilang santai?”
Seraya tersenyum meringis, saya jawab, “Tenang, kalau sudah saya jelaskan petunjuknya, nanti kalian akan anteng.” Saya cukup yakin pekerjaan ini jauh lebih enjoyable dari biasanya: membaca teks, menyajikan isi dalam diagram, dan menjawab pertanyaan.
Saya jelaskan, setiap orang dapat dua lembar kertas. Kedua kertas dilipat menjadi dua bagian. Satu lembar berisi halaman sampul depan dan sampul belakang. Hanya satu muka yang digunakan. Satu lembar lagi menjadi halaman 1, 2, 3, dan 4. Bolak-balik
Setelah dua lembar kertas kosong ada di tangan mereka, saya bagikan satu lembar petunjuk berisi poin-poin bahasan yang harus mereka tulis. Pengantar, yang dalam model pembelajaran Metode Sentra dinamakan Pijakan, hanya berlangsung sekitar 10 menit. Dan, benarnsaja, Tak terlalu banyak bertanya, satu per satu anak-anak pun larut dengan kesibukan menulis buku. Sesekali ada yang bertanya hal-hal yang terkait dengan wisata ke Kampung Budaya yang mereka lakukan sehari sebelumnya.
Sayang sekali, dari 17 anak kelas IV SD Batutis Al-Ilmi, hanya tujuh yang hadir. Sebagian memberi kabar kecapaian, ada yang sakit, dan entaah yang lainnya. Bebetapa saat etelah istirahat Sholat Jumat dan makan siang, lima anak menyetorkan masing-masing bukunya, lengkap dengan ilustrasi dan daftar isinya. Seorang berjanji akan menyetorkan hari Senin. Seorang lagi anak berkebutuhan khusus, dan pekerjaannya pun khusus.
Yang menarik perhatian saya, meski poin bahasan sama, ternyata penajiannya beragam. Di topik persiapan, misalnya, Afiqah yang badannya kurang fit, bercerita panjang lebar tentang pemeriksaan oleh, dan meminta izin ke, dokter. Vara bercerita tentang menyetel alarm agar bisa bangun pagi. Sedangkan Afika Yunia bercerita tentang sulit tidur dan belanja bekal ke minimarket.
They made my day. Faktanya, saya belum pernah sekalipun memberi kelas penulisan untuk mereka, anak-anak kelas IV. Saya merasakan faktor enjoyment dan freedom lebih berperan pada karya tulis mereka.

Cerita perjalanan karya anak kelas 4 SD

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *